Saturday, November 29, 2014

PAPMISO Gelar Halal Bi Halal

12 Agustus 2014

PAPMISO Gelar Halal Bi Halal

(ki-ka) Sekjen PAPMISO Kabupaten Bekasi, Bambang Hariyanto-Ketua PAPMISO, Supriyadi-Anggota DPRD Kabupaten Bekasi, Nyumarno-Pengurus PAPMISO tengah foto bersama. (Fajar)




CIKARANG UTARA – Paguyuban Pedagang Mie dan Bakso (PAPMISO) Kabupaten Bekasi menggelar acara halal bi halal di kantornya Jalan Pilar Sukatani, Desa Sukaraya,Cikarang Utara. Acara ini mengangkat tema “Dengan Silaturahmi Akan Mempererat Persatuan dan Kesatuan” dan dihadiri sekitar 150 undangan yang dihadiri oleh semua pengurus PAPMISO Kabupaten Bekasi, Anggota DPRD Kabupaten Bekasi terpilih dari PDI Perjuangan, Kepala Desa Sukaraya, serta para pengusaha selaku mitra dari PAPMISO.

Acara ini bertujuan menjalin hubungan silaturahim antara PAPMISO agar lebih erat lagi yang senasib dan sepenanggungan yang memiliki konteks dan permasalahan yang sama dengan silaturahmi ini diharapkan bisa mencari solusi bersama-sama.

Ketua PAPMISO Kabupaten Bekasi, Supriyadi mengatakan, selama 12 tahun tidak memiliki wadah untuk menyampaikan aspirasinya. “Selama 12 tahun PAPMISO tidak memiliki anggota dewan. Mudah-mudahan ditahun 2014 ini PAPMISO memiliki dewan yang bisa menyampaikan aspirasi kami kepada Pemerintah Daerah,” ujar Supriyadi.

Anggota DPRD Kabupaten Bekasi terpilih dari PDI Perjuangan, Nyumarno menuturkan, ketika PAPMISO memiliki anggota dewan, dirinya ingin berjuang bersama para pelaku UMKM khususnya PAPMISO untuk mendapatkan hak-haknya sebagai pelaku usaha. “Kita akan bangkit dan berjuang bersama dengan menyampaikan aspirasi mereka sebagai pelaku usaha untuk mendapatkan hak-haknya,” imbuhnya.

Selain itu, Sekjen PAPMISO Kabupaten Bekasi, Bambang Hariyanto mengatakan, anggota PAPMISO se-Kabupaten Bekasi hingga hari ini berjumlah kurang lebih sekitar 3.500 orang. Menurutnya, selain bertujuan meningkatkan tali silaturahmi juga pihaknya ingin lebih fokus kepada koperasi PAPMISO agar lebih aktif lagi. Terutama untuk pengadaan daging yang selama ini menghadapi krisis.

“Selama ini belum ada dorongan dari Pemerintah Daerah mengenai krisis daging. Maka dari itu, kami merangkul salah satu anggota dewan Kabupaten Bekasi untuk berjuang bareng-bareng agar Jawa Barat ini khususnya Kabupaten Bekasi bisa mengadakan swasembada daging. Karena selama ini PAPMISO sendiri selalu mendapatkan pasokan daging dari berbagai provinsi yang diantaranya Jawa Timur, Kupang dan Bali,” ujar Bambang kepada Fakta Bekasi.

Mengenai krisis daging, PAPMISO kerap mensosialisasikan kepada paguyuban untuk selalu antisipasi terhadap peredaran daging celeng dan tikus. Namun, PAPMISO mengklaim bahwa hal itu tidak akan terjadi, karena hal tersebut kerap diawasi oleh dinas terkait. “Kami berharap adanya sertifikasi makanan layak dan halal untuk di konsumsi yang dikeluarkan oleh Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi,” pungkasnya. 

Dirinya mengaku, sempat membaca indeks yang dilansir Fakta Bekasi mengenai harga daging sebelum dan sesudah lebaran masih diatas harga Rp90 ribu. “Ini tidak adanya campur tangan pemerintah dalam mengatasi stabilitas harga daging yang masih melambung hingga sekarang,” katanya.

“Kami akan melakukan aksi kepada Pemerintah Daerah yang selama ini tidak berpihak kepada para pelaku UMKM dan selalu dibiarkan. Padahal, selama ini kita menghidupkan ekonomi kerakyatan yang berada di pasar. Tukang bakso menghidupkan pedagang cabai dan sayur, karena kita ikut berkontribusi disitu sehingga perputaran uang stabil,” tambah Bambang.

Dengan digelar acara ini PAPMISO berharap kedepannya bisa mendapatkan Perda yang berpihak kepada pelaku usaha dari pemerintah Daerah. “Mudah-mudahan lahir Perda-perda yang berpihak kepada UMKM. Diantaranya, penyediaan tempat yang diberikan pemerintah dan salah satunya di kawasan industri. Karena selama ini, para pedagang bakso keliling yang memakai gerobak sering terkena razia oleh oknum security di kawasan industry dan ini karena adanya interpensi dari pihak catering di kawasan tersebut yang menimbulkan persaingan yang tidak sehat,” bebernya.

Bambang mengaku, omzet paguyuban yang didapat kurang lebih sekitar Rp1,4 miliar per hari dari 3.500 pelaku usaha mie dan bakso. “Kami berharap dengan konsep tema silaturahmi akan mempererat persatuan dan kesatuan para pedagang mie dan bakso,” harapnya. (aka)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home